Teknologi Pangan Fermentasi: Prinsip, Proses, dan Produk

Luluh Sihombing

Teknologi pangan fermentasi adalah suatu teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk mengubah bahan pangan menjadi produk yang memiliki karakteristik, kualitas, dan nilai tambah yang berbeda. Fermentasi pangan dapat meningkatkan keamanan, kesukaan, kesehatan, dan keanekaragaman pangan. Fermentasi pangan juga dapat mengurangi limbah, biaya, dan energi yang dibutuhkan dalam pengolahan pangan. Fermentasi pangan merupakan salah satu teknologi tertua yang digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Beberapa contoh produk pangan fermentasi yang populer di dunia adalah roti, yoghurt, keju, tempe, tape, kimchi, sauerkraut, dan bir.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang prinsip, proses, dan produk dari teknologi pangan fermentasi. Kita akan mempelajari bagaimana mikroorganisme dapat mengubah bahan pangan menjadi produk fermentasi yang memiliki rasa, aroma, tekstur, warna, dan kandungan gizi yang berbeda. Kita juga akan mengetahui manfaat dan tantangan yang terkait dengan teknologi pangan fermentasi.

Prinsip Teknologi Pangan Fermentasi

Prinsip dasar dari teknologi pangan fermentasi adalah memanfaatkan metabolisme mikroorganisme untuk mengubah substrat pangan menjadi produk yang diinginkan. Metabolisme mikroorganisme adalah proses biokimia yang terjadi di dalam sel mikroorganisme untuk memperoleh energi, biomassa, dan senyawa lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Metabolisme mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metabolisme aerob dan metabolisme anaerob.

Metabolisme aerob adalah metabolisme yang membutuhkan oksigen sebagai aseptor elektron akhir dalam rantai respirasi. Metabolisme aerob dapat menghasilkan energi yang lebih banyak daripada metabolisme anaerob. Namun, metabolisme aerob juga menghasilkan karbondioksida dan air sebagai produk samping yang tidak diinginkan dalam beberapa proses fermentasi. Contoh mikroorganisme yang melakukan metabolisme aerob adalah bakteri asam laktat (BAL) dan kapang.

Metabolisme anaerob adalah metabolisme yang tidak membutuhkan oksigen sebagai aseptor elektron akhir dalam rantai respirasi. Metabolisme anaerob dapat menghasilkan senyawa organik yang berbeda-beda tergantung pada jenis mikroorganisme dan substrat yang digunakan. Contoh mikroorganisme yang melakukan metabolisme anaerob adalah ragi dan bakteri asam asetat.

Dalam teknologi pangan fermentasi, kita dapat memilih jenis mikroorganisme, substrat, dan kondisi lingkungan yang sesuai untuk menghasilkan produk fermentasi yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil fermentasi adalah:

  • Jenis mikroorganisme: Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi pangan harus memiliki kemampuan untuk tumbuh dan beraktivitas pada substrat pangan yang tersedia, menghasilkan senyawa yang memberikan karakteristik produk fermentasi, dan bersifat aman bagi kesehatan manusia. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi pangan dapat berasal dari alam (spontan) atau dari laboratorium (terkontrol). Mikroorganisme yang berasal dari alam biasanya merupakan campuran dari berbagai jenis mikroorganisme yang hidup secara simbiosis atau kompetitif. Mikroorganisme yang berasal dari laboratorium biasanya merupakan strain yang telah dipilih atau dimodifikasi untuk memiliki karakteristik tertentu. Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi pangan dapat berupa mikroorganisme tunggal (monokultur) atau campuran (kultur campuran). Mikroorganisme tunggal biasanya digunakan untuk menghasilkan produk fermentasi yang memiliki karakteristik yang seragam dan konsisten. Mikroorganisme campuran biasanya digunakan untuk menghasilkan produk fermentasi yang memiliki karakteristik yang kompleks dan bervariasi.
  • Jenis substrat: Substrat adalah bahan pangan yang menjadi sumber nutrisi bagi mikroorganisme dalam fermentasi. Substrat yang digunakan dalam fermentasi pangan harus memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Substrat yang digunakan dalam fermentasi pangan juga harus memiliki pH, potensial redoks, dan aktivitas air yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembusukan. Substrat yang digunakan dalam fermentasi pangan dapat berupa bahan pangan segar, olahan, atau limbah. Substrat yang digunakan dalam fermentasi pangan dapat berupa bahan pangan tunggal (monosubstrat) atau campuran (polisubstrat). Substrat tunggal biasanya digunakan untuk menghasilkan produk fermentasi yang memiliki komposisi dan kualitas yang mudah dikontrol. Substrat campuran biasanya digunakan untuk menghasilkan produk fermentasi yang memiliki komposisi dan kualitas yang lebih kompleks dan menarik.
  • Kondisi lingkungan: Kondisi lingkungan adalah faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme dalam fermentasi. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan dalam fermentasi pangan adalah suhu, pH, potensial redoks, aktivitas air, oksigen, garam, dan bahan pengawet. Kondisi lingkungan yang digunakan dalam fermentasi pangan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan toleransi mikroorganisme yang digunakan. Kondisi lingkungan yang digunakan dalam fermentasi pangan juga harus mampu mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan mempertahankan kualitas produk fermentasi. Kondisi lingkungan yang digunakan dalam fermentasi pangan dapat berupa kondisi alami (tradisional) atau kondisi buatan (modern). Kondisi alami biasanya digunakan dalam fermentasi pangan yang bersifat spontan dan tidak terkontrol. Kondisi buatan biasanya digunakan dalam fermentasi pangan yang bersifat terkontrol dan terstandar.

Proses Teknologi Pangan Fermentasi

Proses teknologi pangan fermentasi adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mengubah bahan pangan menjadi produk fermentasi. Proses teknologi pangan fermentasi dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap fermentasi, dan tahap pascafermentasi.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah tahap yang dilakukan untuk mempersiapkan bahan pangan dan mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi. Tahap persiapan meliputi:

  • Pemilihan bahan pangan: Bahan pangan yang dipilih harus memiliki kualitas yang baik, segar, dan bebas dari kontaminasi. Bahan pangan yang dipilih juga harus sesuai dengan jenis produk fermentasi yang diinginkan.
  • Pembersihan bahan pangan: Bahan pangan yang dipilih harus dibersihkan dari kotoran, debu, serangga, dan mikroorganisme yang tidak diinginkan. Pembersihan bahan pangan dapat dilakukan dengan cara mencuci, mengupas, menggosok, atau menyaring.
  • Pengolahan bahan pangan: Bahan pangan yang telah dibersihkan harus diolah sesuai dengan kebutuhan fermentasi. Pengolahan bahan pangan dapat meliputi penghancuran, penggilingan, pencampuran, pemasakan, pengeringan, atau pengasaman. Pengolahan bahan pangan bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi, mengurangi aktivitas enzim, menghancurkan sel-sel tanaman, atau mengubah struktur bahan pangan.
  • Penambahan bahan tambahan: Bahan pangan yang telah diolah dapat ditambahkan dengan bahan tambahan sesuai dengan kebutuhan fermentasi. Bahan tambahan dapat berupa air, gula, garam, asam, basa, bumbu, rempah, atau bahan pengawet. Bahan tambahan bertujuan untuk meningkat

Also Read

Bagikan: